RW-ku
betul betul menunjukkan sebuah ikatan kerukunan warga, kami satu bis, tetangga
yang tak pernah saling sapa kemudian disatukan selama 3 hari 2 malam menuju
Jogja. Aku cukup beruntung karna bisa bepergian bersama ayah dan ibu.
Jumat,
15 Februari 20.00WIB
Sepanjang
jalan kami diiringi rintik hujan tapi cukup bahagia, saling sapa dan tertawa.
Sabtu,
16 Februari 2013
Borobudur,
jam9 pagi tampak megah ditambah mendung menyelimutinya, membuatnya tampak
semakin bersahaja. Sebelum menapaki Candi ini, kami disarankan memakai saroong
bermotif borobudur untuk menghargai perjalanan ini.
Setiap
langkah berarti banyak, banyak pertanyaan bagaimana orang jaman itu membangun
bangunan semegah itu, banyak mata terpasang melihat suguhan alami paduan Stupa
Prasada dan alam menghijau, serta banyak jepretan kamera yang rakus
mengabadikan momen berada di Borobudur.
Foto
Pohon Bodisatwa, Pohon yang katanya keramat dalam ajaran Budha dengan daunan
yang rimbun namun tidak makan banyak tempat, dan pohonnya menjulang tinggi
menyapa langit.
Sedikit
info yang kuperoleh:
Borobudur
bukan di Jogja, tapi Kabupaten Magelang dan nama desanya Borobudur. Konon, bagi
para peziarah yang ingin mencapai tingkat Bodhisatwa, harus memberi salam pada
Candi Mendut sbg penghormatan pada Budha, kemudian candi pawon untuk menyucikan
diri sebelum menuju Borobudur, vihara di atas gunung.
Borobudur
memiliki 3 undag-undag-an,
1. Dunia Nafsu disebut kamadhatu
2. Dunia bentuk dan rupa rupadhatu
3. Dunia tanpa bentuk arupadhatu. Disinilah kita akan menemukan patung Budha yang terkenal, yang sedang bersemedi. Kata guide kami, kalau kita bisa mencapai tangan Sang Budha maka kehidupan kita akan beruntung.
1. Dunia Nafsu disebut kamadhatu
2. Dunia bentuk dan rupa rupadhatu
3. Dunia tanpa bentuk arupadhatu. Disinilah kita akan menemukan patung Budha yang terkenal, yang sedang bersemedi. Kata guide kami, kalau kita bisa mencapai tangan Sang Budha maka kehidupan kita akan beruntung.
Sayangnya,
saat ini kami tidak boleh menyentuh bangunan dalam candi karena sedang
diperbaiki akibat bencana Merapi yang membuat puing-puing stupa rentak.
Borobudur yang tegar ini ternyata pernah mengalami luka mendalam, sisi fisik dan
hatinya. Wisatawan yang pergi karena takut, masyarakat sekitar yang merana
penghidupannya serta warisan alam dan budaya yang rusak dan (jika tidak
diperbaiki) kehilangan memori sejarahnya.
Perjalanan
kaki ini ketika berada di gerbang masuk, Borobudur dipandang jauh tampak megah
dan mengayomi, ketika mendekat Borobudur mengajak kita untuk diam dan
merenungi, betapa berharganya waktu teduh untuk bersemedi dari dunia
ke-fana-an.
No comments:
Post a Comment