Tuesday, 19 February 2013

1000 tapak menuju Vihara di atas Bukit


RW-ku betul betul menunjukkan sebuah ikatan kerukunan warga, kami satu bis, tetangga yang tak pernah saling sapa kemudian disatukan selama 3 hari 2 malam menuju Jogja. Aku cukup beruntung karna bisa bepergian bersama ayah dan ibu.

Jumat, 15 Februari 20.00WIB
Sepanjang jalan kami diiringi rintik hujan tapi cukup bahagia, saling sapa dan tertawa.

Sabtu, 16 Februari 2013


 Borobudur, jam9 pagi tampak megah ditambah mendung menyelimutinya, membuatnya tampak semakin bersahaja. Sebelum menapaki Candi ini, kami disarankan memakai saroong bermotif borobudur untuk menghargai perjalanan ini.







Setiap langkah berarti banyak, banyak pertanyaan bagaimana orang jaman itu membangun bangunan semegah itu, banyak mata terpasang melihat suguhan alami paduan Stupa Prasada dan alam menghijau, serta banyak jepretan kamera yang rakus mengabadikan momen berada di Borobudur.

 Foto Pohon Bodisatwa, Pohon yang katanya keramat dalam ajaran Budha dengan daunan yang rimbun namun tidak makan banyak tempat, dan pohonnya menjulang tinggi menyapa langit.

Sedikit info yang kuperoleh:
Borobudur bukan di Jogja, tapi Kabupaten Magelang dan nama desanya Borobudur. Konon, bagi para peziarah yang ingin mencapai tingkat Bodhisatwa, harus memberi salam pada Candi Mendut sbg penghormatan pada Budha, kemudian candi pawon untuk menyucikan diri sebelum menuju Borobudur, vihara di atas gunung.
Borobudur memiliki 3 undag-undag-an,  
1. Dunia Nafsu disebut kamadhatu  
2. Dunia bentuk dan rupa rupadhatu  
3. Dunia tanpa bentuk arupadhatu. Disinilah kita akan menemukan patung Budha yang terkenal, yang sedang bersemedi. Kata guide kami, kalau kita bisa mencapai tangan Sang Budha maka kehidupan kita akan beruntung.



Sayangnya, saat ini kami tidak boleh menyentuh bangunan dalam candi karena sedang diperbaiki akibat bencana Merapi yang membuat puing-puing stupa rentak. Borobudur yang tegar ini ternyata pernah mengalami luka mendalam, sisi fisik dan hatinya. Wisatawan yang pergi karena takut, masyarakat sekitar yang merana penghidupannya serta warisan alam dan budaya yang rusak dan (jika tidak diperbaiki) kehilangan memori sejarahnya.


 







Perjalanan kaki ini ketika berada di gerbang masuk, Borobudur dipandang jauh tampak megah dan mengayomi, ketika mendekat Borobudur mengajak kita untuk diam dan merenungi, betapa berharganya waktu teduh untuk bersemedi dari dunia ke-fana-an.

No comments:

Post a Comment