Saya hidup di Alice-in-Wonderland mind set yang dipenuhi dengan hari-hari bahagia dengan bunga bermekaran, hidup tanpa beban, bebas mengasihi dan dikasihi, pelukan hangat, kelembutan, dan tawa. Saya tidak pernah menyadari bahwa bunga-bunga itu akan layu dan mati, pelukan hangat tergantikan tikaman tajam, airmata kehilangan, tidak dikasihi balik, fisik yang lelah, kelelahan batin juga.
Demikianlah perasaan yang saya tahan selama berbulan-bulan. Mengerjakan banyak hal penting dan genting. Memperhatikan banyak orang dan mencurahkan emosi untuk menjawab apa yang dibutuhkan. Bertanya dan mendengarkan. Merasa berkobar-kobar kemudian perlahan mati sendiri gara-gara kepanasan. Membiarkan keraguan, kekecewaan, kepahitan menguar di udara. Sampai akhirnya saya berteriak dalam diam.
Saya butuh sesuatu yang lebih dari ini.
Saya butuh ditolong.
Saya ingin dipeluk.
Saya kesepian.
Saya membenci diri saya.
Saya sudah bosan menangis
Apa yang salah dengan saya? Saya lelah.
Ada relasi rusak yang saya acuhkan dan tanpa saya sadar ia tumbuh menjadi gunung es dalam hati.
Ada dosa-dosa yang tidak saya akui di hadapan Tuhan dan orang-orang terdekat.
Saya lelah karena berjuang mengasihi banyak orang yang pada akhirnya saya tidak sedang mengasihi siapapun.
Untuk dapat menulis, bernyanyi, tertawa lepas, mengamati lingkungan, memandang tanpa curiga saya sungguh-sungguh merindukan apa yang menjadi gairah hidup saya.
Melepaskan, memangkas, menolak, mengaku mungkin inilah yang dapat saya lakukan sekarang.
Melepaskan apa yang terlalu lama digenggam.
Memangkas relasi-relasi yang hanya sekadar ingin tahu.
Menolak melakukan kesibukan-kesibukan.
Mengakui bahwa saya butuh ditolong.
No comments:
Post a Comment