Tuesday 27 August 2013

3 Kebetulan yang Mengubahkan Seorang Aku.

kebetulan, aku menggantikan seorang kakak namanya Inneke O Situmorang (kak Io) untuk mengikuti Kamp Nasional Mahasiswa yang diadakan tiap 3 tahun sekali. Artinya kalau aku semester 4 sekarang berarti 3 tahun lagi aku (berharap) tidak bisa mengikuti kamp ini karena pengen cepet lulus dan bergelar. berangkat dengan tidak enak hati karena latar belakang "menggantikan" maka aku kurang ada semangat, motivasi, dan persiapan hati mengikuti kamp ini.


kapsel yang kupilih adalah kapsel Peneliti Ilmu Sosial dengan ekspektasi aku bisa sharing dengan orang ber-passion sama denganku: ekonomi karena sejujurnya aku sangat tertarik jadi ahli ekonomi seperti seorang Sri Mulyani. Tapi sesaat setelah berkenalan dengan teman satu kapsel dan bertanya "Kak dari jurusan apa?" semuanya Eksak. WOW. Sejujurnya, aku minder. Kemana semua anak sosial ? tidak adakah yang ingin jadi seorang peneliti di bidang ini? Bagaimana aku bisa sharing kalau ternyata passion kita berbeda.Kebetulan, seorang kakak Staf namanya Cibi Berman (biar eksisable) nyambangi aku. Mungkin dia kasihan aku sendirian tak berdaya dalam ruang dengan lautan anak eksak makanya dia tanya
"Mau pindah kapsel Dek?"
"Emang boleh Bang?"
"Ayo..."
Rasanya seperti oase segar, kuikuti langkahnya.
"kamu mau ambil apa? keuangan ya? kan sesuai sama bidangmu."
"Aku g suka ngitung, Bang. apa birokrat ya?"
"dimana ruangnya?"
"gatau Bang."
KRIK KRIK
 Perjalanan kami terhenti setelah menatap pintu bertulis Kapsel Dosen.
"Disini aja Bang aku."
"Yakin Dek?"
"Gak yakin Bang" dengan senyum hambar aku masuk ruang ini.
 Singkatnya, pertemuan pertama ini diawali dengan pertanyaan Kenapa kamu memutuskan ada di Kapsel Dosen? Adakah pergumulan, kendala dan apa yang sudah kamu lakukan sejauh ini?. BLANK
aku cuma berdoa dalam hati: Ya Tuhan semoga jawabanku tidak memalukan, aku takut Tuhan mau ngomong apa aku masih semester 4. Tuhan berbisik di telingaku. Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. 
Gak tahu kenapa, pikiranku terbayang teman-teman kampus yang sering tanya dan minta diajari beberapa mata kuliah. Tuhan, apa aku punya kemampuan mengajar?
Mengapa ada di kapsel dosen: (karena kebetulan di kapsel peneliti tidak ada anak sosial) karena saya suka meneliti dan mengajar. 
Sampai dengan akhir pertemuan, aku banyak terberkati dengan sharing kakak-kakak yang memang bergumul dengan panggilan seorang Dosen. Dosen adalah posisi strategis untuk mendidik, mengajar, dan mencetak orang-orang yang tidak hanya intelek dalam ilmu namun berkualitas dan berintegritas untuk kesejahteraan bangsanya.

 Pertemuan kapsel selanjutnya ada begitu banyak sharing pengalaman hidup yang dibagikan.Sangat bersyukur dengan umurku, aku bisa berpandangan luas dan dibukakan dunia per-dosen-an dan pergumulannya. Aku sangat takjub Allah membawa aku sejauh ini.

I'm very blessed.
Kita memang tidak pernah menyadari bagaimana Allah menyatakan ke-digdayaan-Nya dalam hidup pribadi kita.

Dengan penuh semangat, aku pulang. Dengan menata motivasi untuk mencari kebenaran Allah dan memuliakanNya dimanapun aku berada, aku pulang. Dengan limpahan berkat, aku pulang untuk mengerjakan panggilanku.

Kebetulan, Kak Debora mengajak kami untuk menemui saudaranya di Jakarta yang akan membawa kami ke Stasiun Gambir jam setengah 10 malam.Dengan kemurahan Tante ini (yang aku tidak bertanya namanya) kami diajak putar-putar Kota Jekardah! Blusukan di Pasar Senen, Lihat-lihat (camkan itu cuma lihat) barang etnik di Sarinah, melintasi Tanah Abang yang jadi hot news, makan Bakmi Gang Kelinci yang sangat enak dan kembali ke Gambir. Tuhan, katanya kalau belum berfoto dengan Monas kita belum disebut touchdown Jekardah.. aku pengen Tuhan ke Monas.
Tapi luarbiasanya, saat kami tiba di gambir dan menunggu kereta api. Dengan mata malamku aku bisa melihat dengan jelas Sang Monas. Bahkan dari hal kecil, aku mencoba bercakap-cakap dengan Tuhan dan memohon seperti anak kecil.. Tuhan menjawab doaku. Memang kami tidak melihat Monas dari dekat tapi cukup indah menikmatinya dari dasar hingga puncak dari Stasiun Gambir.



Aku belajar bahwa setiap kebetulan-kebetulan yang aku alami, memang bukan karna perkenananku tapi karena Allah sudah merencanakan dan sedang mengajar aku untuk menyadari setiap Anugrah-Nya, tentu bukan untuk kusimpan dalam hati tapi berbagi melalui hal-hal yang bisa kulakukan.

Dipanggil Untuk Kemuliaan-Nya? Aku Siap, Tuhan