Tuesday 22 July 2014

EARC Part 1



Isaiah and Our Awesome GOD:

“tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi”. Yesaya 49:6B

Saya ragu. Pertama, bagaimana caranya saya dapat mengabarkan keselamatan sampai ke ujung bumi jika krisis, ketimpangan, ketidakadilan, korupsi, penganiayaan merajalela? Kedua, bagaimana campur tangan Allah dalam pemulihan kondisi ini?
PA Yesaya menolong saya untuk melihat karakter Allah yang tidak dapat dibatasi oleh kotak pemikiran manusia. Tuhan memanggil Yesaya untuk menyatakan penghakiman bila umat tidak taat sekaligus menyatakan harapan dan undangan keselamatan untuk kembali pada Tuhan. Tuhan kita luar biasa karena sepanjang sejarah manusia, Dialah Allah yang merekonsiliasi hidup umatNya.
Yesaya menunjukkan keteladanan generasi EPIC (Engaging-Passionate-Incarnational-Christlike).  Yesaya mengalami perjumpaan dengan Allah dan merasakan relasi yang unik bersama Tuhan. Yesaya mencari hasrat hati Allah dan menjadi penyampai pesan Allah bagi umat. Dia berani menyampaikan pesan yang tidak menyenangkan, menentang bobroknya sistem yang berlangsung saat itu, dan bergantung pada Tuhan saat masa-masa sulit. God, count me in..

Small Group dan Yo Nikata:
Setiap bangun pagi, saya selalu bertekad untuk sharing dengan mahasiswa Kristen dari negara lain meskipun dengan bahasa inggris yang pas-pasan. Saya berteman dengan seorang mahasiswa KGK Japan (IFES Jepang) bernama Yo Nikata. Pelayanan kampus di Jepang adalah pelayanan yang cukup berat karena sebagian besar mahasiswa tidak beragama. Sulit untuk melibatkan mahasiswa dalam kegerakan pelayanan kampus sehingga tak jarang hanya satu orang yang berjuang dalam sebuah kampus. Beberapa isu lainnya seperti  perubahan konstituen yang berdampak pada kebijakan untuk menyetujui perang di Jepang, pemulihan pasca Tsunami yang terus berjalan, serta hubungan yang kurang baik dengan beberapa negara tetangga.

Dalam SG, saya seperti berada di jurang yang menganga. Meskipun negara-negara ini bertentangga namun terlihat jelas lebarnya ketimpangan. Disatukan dengan mahasiswa Malaysia, Singapura, Hongkong, dan Jepang membuat saya makin merasakan betapa pentingnya pendidikan dan kualitas manusia tanpa meninggalkan budaya yang mengakar.  Isu-isu permasalahan di Asia Timur adalah isu yang sensitif, seperti isu klaim budaya ataupun perebutan pulau. Inilah mengapa generasi ini dibukakan untuk berdiri di tengah jurang, untuk merekonsiliasi kondisi ini dengan berjuang untuk mengampuni dan mengasihi. 
Dibalik itu semua, saya bersyukur bisa sharing dengan mahasiswa-mahasiswa yang berjuang dalam study dan dalam pergumulannya, terutama memuliakan Tuhan dalam seluruh aspek hidupnya.




Delegasi Indonesia.
Dari Sabang sampai Merauke.

Monday 9 June 2014

Takut akan Tuhan Nomor 1, Pilih Presiden Nomor ......


ini mungkin ya yang disebut white-campaign! Selamat berdemokrasi Indonesia..

Memberi Ruang bagi Ekonomi dan Politik

sekali lagi, esay tentang ekonomi politik

            Rakyat sedang menikmati dan  “melek” dengan demokrasi yang saat ini berlangsung di Indonesia. Apabila di beberapa tahun yang lampau, pemilih muda tidak terlalu antusias dengan siapa yang akan duduk di kursi pemerintahan , maka tahun 2014 menjadi tahun dimana semangat perubahan dan optimisme ada di tiap perbincangan dan diskusi anak-anak muda. Siapa yang tak kenal Jokowi? JK? Prabowo? Bahkan Hatta Rajasa dengan kasus yang menimpa anaknya?
            Senin (9/6) ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah demokrasi Indonesia, KPU menggelar debat pasangan capres-cawapres dengan tema tentang pembangunan demokrasi, pemerintahan bersih, dan kepastian hukum. Di dalam debat tersebut, para calon presiden memaparkan visi dan misi yang disusun berdasarkan fundamen periode-periode rencana pembangunan jangka menengah sebelumnya. Hal ini penting untuk melihat seberapa jauh program-program yang ditawarkan itu benar-benar menjadi solusi menghadapi persoalan ke depan.
            Salah satu pembahasan yang menarik adalah tentang kondisi saat ini dimana hukum masih karut-marut dan belum bisa bersinergi dengan keadilan. Akibatnya, penegakan hukum yang dilakukan hanya akan menegakkan ketidakadilan. Kondisi itu diperburuk dengan mentalitas aparat penegakan hukum yang dinilai cenderung kurang bagus.
            Saya turut mengamati sebagian besar jalannya debat capres-cawapres antara Jokowi-JK dengan Prabowo-Hatta Rajasa. Sangat menarik dan cukup mendalam apa yang disampaikan kedua belah pihak. Sebagai pemilih muda, saya sangat tergugah dengan alur berpikir Jokowi. Dengan tegas,  beliau  mengatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika sudah harga mati dan harus ditaati. Dengan prinsipnya, beliau  lugas menjelaskan bahwa setiap rencana-rencana yang disusun itu penting, tapi yang lebih terpenting adalah melaksanakannya. Beliau menambahkan bahwa Indonesia perlu memperkuat manajemen kontrol dan pengawasan.
            Bukan berati saya mengagung-agungkan sosok Jokowi, namun saya tersadar bahwa apa yang diungkapkan dan digagas Jokowi adalah sesuatu hal yang mungkin terjadi untuk membawa perubahan bangsa selama rakyat optimis untuk mengerjakan perubahan ini bersama dengan pemimpinnya.
            Dalam pertemuan-pertemuan mata kuliah ekonomi politik, saya mempelajari bahwa dalam teori pilihan publik, setiap aktor politik di sisi penawaran barang publik memiliki kepentingan atau motivasi-motivasi (untuk ketenaran, peningkatan kekayaan, prestige) untuk memaksimalkan utilitas. Masyarakat, di sisi permintaan barang publik mengharapkan kesejahteraan dan terpenuhinya kebutuhan akan barang publik. Dalam sistem demokrasi, proses voting (pemungutan suara) menjembatani sisi penawaran dan permintaan. Artinya bahwa pemilihan umum menjadi sarana penyediaan barang publik yang diminta oleh masyarakat. Namun kenyataannya, terkadang proses voting tidak bisa menjembatani sisi permintaan dan penawaran karena para birokrat memiliki kepentingan yang tidak sejalan dengan keinginan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menghadapi pemilu 9 Juli nantinya, mari kita memberi ruang bagi ekonomi dan politik untuk bersatu, menyatukan tujuan untuk kesejahteraan orang banyak.

Referensi:

 “Kaji Dasar Visi dan Misi Capres”. Artikel, dimuat Kompas, 9 Juni 2014.





Menata Kota, Menata Visi Pemimpinnya

tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi politik :) 

            Adanya Jokowi effect dalam beberapa tahun terakhir ini membuat optimisme sebuah perubahan perkotaan yang lebih “memanusiakan” masyarakatnya. Pemberitaan koran marak menyoroti bagaimana Jokowi dan Ahok menjabarkan visi pelayanan masyarakat dalam program-program/ kebijakan publik yang berusaha mengatasi apa yang benar-benar menjadi permasalahan pokok masyarakat perkotaan. Satu persatu persoalan perkotaan (banjir, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan, terbatasnya ruang publik) dicermati dan dicari jalan keluarnya. Virus perubahan kota mulai menyebar dimulai dengan membentuk pemimpinnya.
            Selama sepekan ini, Singapura mengadakan Young Leaders Forum dalam World Cities Summit 2014 yang merupakan sebuah ajang menggaet pemimpin muda dunia untuk bertukar ide tentang cara menata kota agar menjadi nyaman dan aman bagi penghuninya. Duta yang terpilih adalah mereka yang berkiprah di berbagai bidang seperti industri, arsitek, penata kota, desainer, ekonom, peneliti dan juga para wali kota. Mereka telah terbukti dengan caranya sendiri telah membantu membawa perubahan positif pada kota/negara tempat tinggal mereka dan tepat jika turut ditularkan kepada dunia.
            Pemimpin muda ini dapat menangkap dengan tepat potensi/ kemampuan daerah masing-masing dengan beradaptasi di era pesatnya perkembangan kota-kota di dunia dan menggabungkan antara kemajuan teknologi dan potensi lokal. Ketika ada kolaborasi antara warga, pemerintah, dan bantuan dari dunia luar ini merupakan kunci penting keberhasilan membangun kota.
            Apabila dilihat APBD memang tidak mencukupi untuk adanya pembenahan kota yang baik. Dicontohkan APBD kota Bandung hanya tersedia Rp 12 triliun, sedangkan kebutuhan pembenahan kota adalah sebesar Rp 20 triliun. Butuh banyak cara mengatasi keterbatasan  itu. Salah satunya dengan memanfaatkan tanggung jawab sosial perusahaan swasta, bantuan dari luar negeri, dan investor.
            Berkaca pada dua pemimpin daerah, Jokowi dan Ibu Risma, mereka adalah pemimpin-pemimpin yang peka terhadap persoalan masyarakatnya, memiliki ketegasan untuk memutuskan kebijakan-kebijakan yang tepat bagi persoalan tersebut, berintegritas yang ditandai dengan sikap jujur dalam berpolitik (tujuan: untuk mensejahterakan masyarakat).
            Ke depannya, kampus adalah tempat dimana lahir pemimpin-pemimpin yang akan menduduki berbagai bidang dan kompetensi. Apabila calon pemimpin-pemimpin muda ini tidak dipersiapkan dan diarahkan pada suatu visi yang jelas maka generasi ini hanyalah generasi yang sekadar lewat dan tidak dapat menorehkan sejarah pembangunan bangsa. Kampus adalah lembaga yang strategis, tempat dimana penanaman visi pembangunan negeri ditanamkan.
            Kesejahteraan kota dapat terjadi ketika ada orang-orang yang mau memikirkan persoalan kota, mau ambil bagian untuk menjadi pemimpin yang memecahkan masalah, mau untuk terus berintegritas dalam berpikir dan berbuat, dan memiliki visi untuk suatu perubahan yang lebih baik.

Referensi:
 “Pengelola Kota Unjuk Gigi”. Artikel, dimuat Kompas, 2 Juni 2014.




Tuesday 13 May 2014

Kertas Itu (tanda petik)

"tidak pernah ada yang salah tentang perasaan, tapi ketika perasaan itu menjadi segala-galanya maka hancurlah sebuah hubungan."

pernahkah kamu menuliskan sebuah proposal, surat permohonan, atau kartu pos pada Tuhan? aku pernah ketika duduk di kelas 1 SMA. Kertas itu ku simpan rapat-rapat agar jangan dibuka orang lain, karena ini rahasiaku dengan Tuhan. Sampai suatu kali, aku menemukan kertas itu terselip dalam buku harian masa SMA-ku. Aku diam.
Ada banyak hal yang sudah Tuhan nyatakan dalam proses hidupku, sampai aku kuliah. Rasanya membaca kembali cerita masa SMA benar-benar menyegarkan jiwa anak kuliah semester 6. Aku menulis tentang perasaan suka-suka-an tapi tidak benar-benar suka, menempel kertas contekan isinya "vis, jawabanmu endi!", mengawetkan sebungkus permen dari seseorang dengan sebaris kata "ini aku kasi permen biar senyum terus", berkaca-kaca saat membaca tulisan betapa tidak percaya diri gadis ini masa SMA.

dan terbacalah kertas itu.
Isinya foto 4x6 dengan tulisan PERMOHONAN
Apa itu? Aku kan sudah bilang ini rhs.
pada intinya, aku bertemu dengan "kertas itu" secara manusia dan manusiawi
aku tidak pernah sadar, sampai akhirnya disadarkan
aku tidak pernah dekat, sampai akhirnya didekatkan

aku pernah berusaha mencari, menyortir dan nihil
"kertas itu" datang seperti ditiup angin
"kertas itu" bahkan yang berusaha aku hindari kehadirannya, karena terlalu berbeda
bertolak belakang seperti kutub utara-selatan
tapi mengapa, "kertas itu" adalah kertas ku di masa lalu?

satu hal berharga yang sedang aku nikmati saat ini
adalah bahwa Tuhan menjawab PROPOSAL-ku dengan cara ajaib.
Tuhan seperti berbicara
        "tenang vis.. ada kok orang seperti dalam kertas itu"
         "kamu tidak perlu kuatir, Aku mendengarmu"
         "kamu hanya perlu sabar dan menantikan"


Wednesday 19 March 2014

Sepucuk Email dari Jauh

Dear VISI SAUJANINGATI KRISTYANTO ,

As you celebrate your birthday this month, may God’s grace and peace be unto you always. It is our prayer that you will continue to grow in widsom and in the knowledge of our Lord and Saviour Jesus Christ.

We have selected a reading from Our Daily Bread which we pray will encourage you to draw near to God and saturate yourself with His Word everyday even as He adds days and years to your life.

Christopher Tan
Senior Vice President
Asia Pacific Group

Seeing God’s Hand
Read: Ezra 7:1-10,27-28

On Jack Borden’s 101st birthday, he awoke at 5 a.m., ate a hearty breakfast, and was at his law office by 6:30 ready to begin his day. When asked the secret of his long life, the practicing attorney smiled and quipped, “Not dying.”

But there’s more to it than that. Mr. Borden, who was baptized at age 11 in the Clear Fork of the Trinity River, told Fort Worth (Texas) Star-Telegram reporter David Casstevens, “I’m a firm believer that God has His hand in everything that happens. He is letting me live for some reason. I try to do the things that I believe He wants me to.”

Ezra the priest experienced the “good hand of his God upon him” when he led a delegation to Jerusalem to provide spiritual leadership for the former captives who were rebuilding the temple and the city (Ezra 7:9-10). Ezra found strength and courage in knowing that the Lord was with them each step of the way. “So I was encouraged, as the hand of the Lord my God was upon me; and I gathered leading men of Israel to go up with me” (v.28).

When we see the Lord's hand in our lives, it brings forth a deep "Thank you" and a growing desire to do what He wants us to do. — by David C. McCasland
 

If we would view through eyes of faith
The course of each new day,
We’d quickly see God’s gracious hand
In all that comes our way. —D. De Haan

If you know that God’s hand is in everything, you can leave everything in God’s hands

Sunday 26 January 2014

Re-Soluti-On-2014


seringnya menjadikan doa sebagai kebiasaan di awal makan, tidur, berangkat ke kampus membuat aku tidak benar-benar SADAR bahwa doa itu berarti komunikasi dua arah. tahun ini mau belajar berdoa dengan rendah hati dan menyerahkan kuatirku di tanganNya.


menjadi orang yang lebih berpengharapan. 
kadang sulit percaya bisakah Tuhan mengubah kebiasaan buruk-ku?
lebih bijak dalam berbicara karena aku tahu mulutku sering menjadi batu sandungan buat orang lain.



salah satu harapku, mungkin ini.
bertemu dengan seseorang yang Tuhan sediakan
yang menopang bukan menjatuhkan
yang mendekatkan bukan malah menjauhkan diri pada relasi bersama TUHAN.

catatan akhir semester: lima

rasanya baru kemarin poni disibak, tidak berbedak, tangan njarem semua gara-gara nulis essay super panjang tentang "Alasanku berada di FEB UB"
rasanya baru kemarin mencicipi segala mata kuliah berawalan ekonomi-apalah itu sampai pada ekonomi-dan-penerapannya
rasanya baru kemarin berteman dengan anak lintas jurusan kemudian ciut jadi teman se-konsetrasi bahkan  pada akhirnya cuma kenal teman satu kelas
rasanya baru sekarang aku pahami begitu cepatnya waktu bergulir dan hampir tiba di ujung jalan.

semua orang tentu berharap kuliahnya lancar dan patas.
aku juga.
berharap setelah lulus bisa kuliah s2 dengan beasiswa atau kerja sesuai passion setidaknya sesuai konsentrasi kuliah.

akhir semester lima ini, dimana IP jadi tidak benar-benar penting untuk dibanding-bandingkan dengan teman kuliahan.
akhir semester lima ini, berhenti dan mulai fokus "What does The Lord desires of me?"
mulai berpikir dan bertindak dewasa
dan menyadari bahwa kita yang bertanggungjawab atas segala pilihan yang kita buat

hug means huge


suatu hari nanti, bila kita menangis di tengah malam tanpa tahu mengapa kita melakukannya

suatu hari dimana kita merasa kosong dan sendiri padahal dikelilingi tawa dan keramaian

saat itulah sadari, teman
Kau membutuhkan orang lain.
sebuah tatapan mungkin ?

secangkir teh hangat mungkin?

sebuah tepukan di pundak? atau belaian lembut di rambut-mu, mungkin ?

atau sebuah pelukan ?