Tuesday 27 August 2013

3 Kebetulan yang Mengubahkan Seorang Aku.

kebetulan, aku menggantikan seorang kakak namanya Inneke O Situmorang (kak Io) untuk mengikuti Kamp Nasional Mahasiswa yang diadakan tiap 3 tahun sekali. Artinya kalau aku semester 4 sekarang berarti 3 tahun lagi aku (berharap) tidak bisa mengikuti kamp ini karena pengen cepet lulus dan bergelar. berangkat dengan tidak enak hati karena latar belakang "menggantikan" maka aku kurang ada semangat, motivasi, dan persiapan hati mengikuti kamp ini.


kapsel yang kupilih adalah kapsel Peneliti Ilmu Sosial dengan ekspektasi aku bisa sharing dengan orang ber-passion sama denganku: ekonomi karena sejujurnya aku sangat tertarik jadi ahli ekonomi seperti seorang Sri Mulyani. Tapi sesaat setelah berkenalan dengan teman satu kapsel dan bertanya "Kak dari jurusan apa?" semuanya Eksak. WOW. Sejujurnya, aku minder. Kemana semua anak sosial ? tidak adakah yang ingin jadi seorang peneliti di bidang ini? Bagaimana aku bisa sharing kalau ternyata passion kita berbeda.Kebetulan, seorang kakak Staf namanya Cibi Berman (biar eksisable) nyambangi aku. Mungkin dia kasihan aku sendirian tak berdaya dalam ruang dengan lautan anak eksak makanya dia tanya
"Mau pindah kapsel Dek?"
"Emang boleh Bang?"
"Ayo..."
Rasanya seperti oase segar, kuikuti langkahnya.
"kamu mau ambil apa? keuangan ya? kan sesuai sama bidangmu."
"Aku g suka ngitung, Bang. apa birokrat ya?"
"dimana ruangnya?"
"gatau Bang."
KRIK KRIK
 Perjalanan kami terhenti setelah menatap pintu bertulis Kapsel Dosen.
"Disini aja Bang aku."
"Yakin Dek?"
"Gak yakin Bang" dengan senyum hambar aku masuk ruang ini.
 Singkatnya, pertemuan pertama ini diawali dengan pertanyaan Kenapa kamu memutuskan ada di Kapsel Dosen? Adakah pergumulan, kendala dan apa yang sudah kamu lakukan sejauh ini?. BLANK
aku cuma berdoa dalam hati: Ya Tuhan semoga jawabanku tidak memalukan, aku takut Tuhan mau ngomong apa aku masih semester 4. Tuhan berbisik di telingaku. Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. 
Gak tahu kenapa, pikiranku terbayang teman-teman kampus yang sering tanya dan minta diajari beberapa mata kuliah. Tuhan, apa aku punya kemampuan mengajar?
Mengapa ada di kapsel dosen: (karena kebetulan di kapsel peneliti tidak ada anak sosial) karena saya suka meneliti dan mengajar. 
Sampai dengan akhir pertemuan, aku banyak terberkati dengan sharing kakak-kakak yang memang bergumul dengan panggilan seorang Dosen. Dosen adalah posisi strategis untuk mendidik, mengajar, dan mencetak orang-orang yang tidak hanya intelek dalam ilmu namun berkualitas dan berintegritas untuk kesejahteraan bangsanya.

 Pertemuan kapsel selanjutnya ada begitu banyak sharing pengalaman hidup yang dibagikan.Sangat bersyukur dengan umurku, aku bisa berpandangan luas dan dibukakan dunia per-dosen-an dan pergumulannya. Aku sangat takjub Allah membawa aku sejauh ini.

I'm very blessed.
Kita memang tidak pernah menyadari bagaimana Allah menyatakan ke-digdayaan-Nya dalam hidup pribadi kita.

Dengan penuh semangat, aku pulang. Dengan menata motivasi untuk mencari kebenaran Allah dan memuliakanNya dimanapun aku berada, aku pulang. Dengan limpahan berkat, aku pulang untuk mengerjakan panggilanku.

Kebetulan, Kak Debora mengajak kami untuk menemui saudaranya di Jakarta yang akan membawa kami ke Stasiun Gambir jam setengah 10 malam.Dengan kemurahan Tante ini (yang aku tidak bertanya namanya) kami diajak putar-putar Kota Jekardah! Blusukan di Pasar Senen, Lihat-lihat (camkan itu cuma lihat) barang etnik di Sarinah, melintasi Tanah Abang yang jadi hot news, makan Bakmi Gang Kelinci yang sangat enak dan kembali ke Gambir. Tuhan, katanya kalau belum berfoto dengan Monas kita belum disebut touchdown Jekardah.. aku pengen Tuhan ke Monas.
Tapi luarbiasanya, saat kami tiba di gambir dan menunggu kereta api. Dengan mata malamku aku bisa melihat dengan jelas Sang Monas. Bahkan dari hal kecil, aku mencoba bercakap-cakap dengan Tuhan dan memohon seperti anak kecil.. Tuhan menjawab doaku. Memang kami tidak melihat Monas dari dekat tapi cukup indah menikmatinya dari dasar hingga puncak dari Stasiun Gambir.



Aku belajar bahwa setiap kebetulan-kebetulan yang aku alami, memang bukan karna perkenananku tapi karena Allah sudah merencanakan dan sedang mengajar aku untuk menyadari setiap Anugrah-Nya, tentu bukan untuk kusimpan dalam hati tapi berbagi melalui hal-hal yang bisa kulakukan.

Dipanggil Untuk Kemuliaan-Nya? Aku Siap, Tuhan

Sunday 21 July 2013

Ambisi Part 2


Ambisi sangat perlu untuk mencapai sesuatu. Tanpa ambisi untuk meraih suatu tujuan,
maka takkan ada yang bisa dicapai. Tanpa ambisi untuk berbuat lebih baik dari orang lain 
dan untuk mencapai lebih banyak daripada yang biasa dilakukan seseorang maka tak akan 
ada kepuasan menerima pahala lebih banyak. 

Untuk memenangkan sesuatu, seseorang harus punya ambisi.
Ambisi adalah pelayan yang baik tetapi majikan yang buruk. Sejauh kita bisa 
mengendalikan ambisi, kebaikan akan kita peroleh. 

Tetapi bila kita diperbudak oleh ambisi, maka kata-kata Shakespeare 
akan sangat tepat sekali: "Cromwell, kupinta kau buang saja ambisimu.
Jangankan engkau, malaikat-malaikat pun bisa runtuh oleh ambisi." 

Tahun-tahun Bahagia -Laura Ingalls Wilder

Ambisi Part 1

"coba sini tak lihat kepribadianmu dari tanda tanganmu..", kata seorang teman

"oke". Mulai kugariskan sebuah tanda tangan yang sudah tergambar dalam kartu pelajar smp, sma, mahasiswa, KTP, kartu puskot, dan beberapa kartu (tidak) penting lainnya.

"hmm.. pertama, kamu orang yang punya ambisi besar tuh bisa dilihat dari goresan awal yang mengarah ke atas. Tapi kamu kurang konsisten terlihat dari beberapa goresan acak-adut setelah huruf K berakhir..", sambil menunjukkan hasil tanda tanganku.

kayaknya anak psikologi sama peramal beda-beda tipis ya

"Kok bener banget sih, aku memang orangnya berjiwa kompetitif, kalau ada yang baik aku harus lebih baik. Terus soal konsistensi, Oh really Me...", mataku membesar menatapnya.

"kamu jangan hanya percaya omongan orang."

JLEB.

Suatu hari, aku akan memposting sebuah esay pendek yang ditulis Laura Inggals Wilder, buku pertama yang kubaca sejak aku bisa membaca karangan-karangan super panjang (sebutlah novel) tentang Ambisi. Tapi kali ini, aku mau menulis tentang ambisi menurutku.

ambisi seperti benih yang Tuhan tanam di hati setiap kita. Bohong kalau orang hidup tidak punya ambisi !. Bagiku, seseorang mengatakan "saya tidak berambisi", menandakan ketidakambisian yang terlontar adalah juga sebuah ambisi untuk dikatakan. Si benih ambisi ini akan bertumbuh bila dipupuk, disiram, dan dihargai dengan berupa-rupa cara.

dengan visualisasi, dengan percakapan, dari internet, bahkan dalam tidurpun jabang ambisi bisa menua.

ambisi berbeda dengan berharap tapi agak mirip dengan passion (lagi-lagi kesoktahuanku). Karena pikirku, kalau kita berambisi kita akan amat sangat bergairah untuk hanya sekadar memikirkan, melakukan sampai pada tindakan mewujudkan. Batasan berharap ya hanya sekadar harapan.

Senyata-nyatanya ambisi tidak akan tercapai bila ladangnya sendiri tidak mau berusaha. Ambisi juga baiknya realistis sesuai kapasitas karena sekali lagi ambisi bukan harapan atau mimpi siang bolong. Aku berambisi dengan ketenaran tapi aku tidak berani berdiri di depan umum dan sering gagu saat tiba-tiba ditanyai dalam forum, maka aku mencoret ambisi tenar dalam list ambisi. 

"Apa ambisimu?"

Kalau harapan, aku berharap orangtuaku umur panjang dan aku bisa menikah di bawah umur 25. Impianku punya rumah yang minimalis, sejuk, dengan banyak bunga warna-warni.Punya suami yang blablabla... kembali ke topik.

Ternyata kalau dipikir lama, sulit sekali mendefinisikan ambisi pribadiku dengan konkret. Sejauh ini aku merasa menggebu dalam ekonomi baik pandangan mikro dan makronya, njelimetnya kurva, isu ekonomi terbaru dan panjang lebar.

tapi ambisiku... Yakin, Mentri Ekonomi? Yakin, Pegawai Bappenas? Yakin, PNS?

entahlah, sampai saat ini dibuatpun aku ngawang dengan ambisiku. semoga dengan perjalanan detik ke menit ke jam dan pergantian hari ke hari membuat aku sadar akan apa sebenarnya yang menjadi ambisi pribadi dan SEMOGA saja ini tidak makin menjauhkanku dari Si Pemberi benih ambisi, orang-orang yang kucintai dan kegiatan tulis menulis ini.

Thursday 18 July 2013

Suatu Hari Jatuh Cinta


Apakah kamu pernah jatuh cinta dalam sebuah perjalanan? Aku jawab pernah.
Bukan kepada satu orang secara personal, tapi kepada beberapa orang. Rasa nyaman, membuncah dan hangat ini timbul dari setiap percakapan pendek yang terucap saat duduk-duduk, beberapa perhatian kecil seperti menuangkan teh hangat dan berbagi nasi hangat, dari setiap candaan berbalas tawa lepas yang menghilangkan kepenatan, dari setiap melodi gitar yang dimainkan untuk didendangkan bersama-sama.

Kisah jatuh cinta ini dimulai ketika aku mengikuti sebuah perjalanan bersama mereka, orang-orang yang kukenal 2 tahunan ini. Namanya Mas Yogi, Kak Fera, Bang Berman, Kak Jean, Kak Ema, Bayu, Kak Uthek, Kak Rita, Dian, Meriko, dan Yakin. Berduabelas kami memulai ekspedisi mengenal lebih dalam diri sendiri dan orang-orang seperjalanan dan merasakan kedekatan lebih lagi bersama Allah.


Pantai privat yang kami eksplorasi ini namanya Kondang Merak. Pantai ini letaknya berdekatan dengan pantai Balekambang yang lebih tersohor. Jalannya yang terjal dengan batuan cadas memang membuatnya kalah pamor,  namun hal baiknya, Kondang merak masih sangat asri dengan pepohonan bahkan di jalan masuk kami sempat menjumpai beberapa kera. 

 Pasirnya putih dipadukan rerimbunan kerang-kerang yang beraneka warna, bentuk dan rupa. Waktu surut adalah waktu yg tepat menikmati indahnya makhluk kecil ini. Betapapun banyaknya, tak satupun yang sama. Ada yang kelihatan di luar berkilauan tapi beberapa bagian di dalamnya keropos. Ada yang begitu kecil bentuknya tapi memancar warna-warna yang memikat. Ada yang butuh waktu lama untuk mengeluarkan pasir-pasir dari lubang dan ada yang hanya sedikit sentuhan  untuk membersihkannya. Adapula yang warnanya kusam dan berbentuk asimetri namun begitu kokoh dan tegar. Seperti inilah rupa manusia (juga). 



Setelah bermain mata dan hati bersama kerang dan karang, saatnya bermain perasaan. Kucoba tutup mata dan hanya mengandalkan telingaku. Gemuruh ombak, pekikan angin, gesekan dedaunan sebuah melodi yang manis. Alam menyeimbangkan kepanasanku dengan menetramkan hatiku. 


Sendiri akan bisa menikmati banyak hal, tapi bersama jauh lebih bermakna. Banyak orang yang kutemui berusaha menjaga jarak dan menetapkan batasan. Kita berteman bisa, tapi jangan campuri urusan keluargaku, cara belajarku, gaya pacaranku atau bagaimana bicaraku. Ketika ada yang salah dariku lebih baik tutup mata dan telingamu.

Ketika seorang teman bisa berkomentar apa saja tentang hal yang ingin atau telah kita lakukan, tak peduli itu baik atau buruk maka menurutku inilah teman. Aku diijinkan mengungkapkan apapun tanpa rasa kuatir, karna aku tahu mereka temanku.



Dan pada akhirnya setiap perjalanan punya tujuan akhir: Rumah.
Perjalanan ini pun begitu, bukan hanya sekadar senang-senang saja tapi kami juga ingin berdekatan dengan Rumah kami sebenarnya, Ibu yang merancang dan menjagai siang malam kami, ayah yang cemburu bila anaknya tidak taat namun juga penuh kasih dan perlindungan. Rumah ini kami sebut Tuhan.

Aku menuliskan sebuah NB yang agak panjang di hari itu pada secarik kertas. "bagaimana aku bisa mengandalkan kekuatanku kalau Allah tidak campur tangan, ambisiku untuk jadi perempuan yang sempurna dalam segala hal, ketakutan kalau gagal di hadapan orang lain, orangtua dan tanggungjawab studi yang menekan dan mendorongku memenuhi standar dunia. Aku bersukacita karena disaat oranglain diberi kelebihan, aku punya damai sejahtera, aku bersuka karena perbuatan-Mu aku boleh bertumbuh, berproses dan dibentuk untuk menjadi diriku apa adanya." adakah yang merindukan dirinya sendiri dan Rumah? Coba diamlah dari hati dan rasakan jatuh cinta.



Monday 1 July 2013

Awan hari Ini




Awan hari ini
Akankah kamu sama seperti saat kemarin kita berpandangan
Aku,tentu masih sama
Masih di bumi dan berada di tempat yang sama

Kamu, masihkah kau menemani sang agung mentari
Begitu lekatnya kau dan-nya
Kadang aku iri hati
Kau berarak namun tak jauh dari pesona cahaya kuningnya

Mengapa aku menyukaimu?
Bukan karna kau maha-daya-energi
Bukan karna kau menarik
Dan bukan karena penuh pesona

Hanya saja, aku tak ada pilihan lain
Setiap kali memandang langit 
Entah itu pagi, siang, senja
Hanya kau yang bisa kutatap
Karna mentari tak sanggup kuraih
Karna sang senja akan dengan cepat merebahkannya
Karna awan hari ini berarak begitu lambat namun pasti

Tentu di malam hari melihatmu seperti mencari jarum di tumpukan jerami
Pekat, sendu, biru
Tak selalu kita akan saling berpandangan 
Namun esok awan hari ini tetaplah awanku, harapku.

Saturday 25 May 2013

untuk teman seperjalanan..

menjadi siswa seperti jalanan
ada yang jalanan lurus bebas hambatan
masa 3 tahunmu bersinar dan tanpa kesulitan

ada yang seperti jalanan macet
3 tahunmu terasa begitu melelahkan
banyak airmata teruras
bagaimanapun usahamu, kamu tetap diam ditempat

ada pula yang seperti jalanan di pegunungan
setahun penuh mengerjakan yang maksimal
setahun kemudian merasa sudah memiliki segalanya
tahun selanjutnya begitu kuatir kalau terjatuh dan tak bisa meraih puncak lagi

sama seperti perjalanan, tidaklah membosankan
kalau ada kawan yang menemani
sama seperti perjalanan, tidaklah berat
kalau kamu tahu dengan jelas kemana harus pergi

dan sama seperti perjalanan, akan terasa punya makna
kalau kamu tidak berjalan sendiri melainkan dengan Allah yang sudah merencanakan jalan hidupmu


on the Night of "Gratefully Graduation" our Beloved
Shella, Bella, Andre, Candra, and you

Tuesday 21 May 2013

Mengenal Brantas, Menyayangi Brantas

"Ayo, siapa yang mau jadi panitia acara PSKM featuring PMKM?
"boleh", kataku
"ada 3 sie, mau sie dana, sie PUT atau sie lomba?"
"hmm.. kalau dana aku g bakat dodolan, lomba aja sepertinya seru.."
"oke. visi sie lomba ya."

berawal dari ajakan ini aku menjebak-kan diri dalam rutinitas rapat divisi, rapat pleno, email-emailan dengan juri dan koordinasi antar 1 tim lomba. Cukup menyenangkan cukup melelahkan, sebenarnya tujuanku apa?
sampai suatu kali saat mempelajari proposal, aku mulai sadar bahwa ini bukan sekadar event-event biasa, tapi ini Lomba Fotografi. ini juga Lomba Fotografi On The Spot (notabene belum jadi tren di Kota Malang), ini juga sebuah Lomba Fotografi On The Spot DAS Brantas.

Istimewanya, saya sedang terlibat dalam sebuah misi lingkungan penyelamatan daerah aliran sungai Brantas. Brantas adalah ibu dari tiap aliran sungai yang pernah kita jumpai di Malang. Brantas menjadi penghidupan vegetasi hijau dan para satwa. Brantas menyuguhkan fasilitas gratis dan tidak terkecuali untuk mandi, mencuci, bermain dan pembuangan sampah.

Pernahkah aku bersyukur atas hadirnya Brantas ?
       Kapan aku pernah berdoa supaya Brantas tetap "sehat-sehat" saja ?

bagaimana aku bisa berpikir, bersyukur dan berbuat sesuatu kalau aku tidak pernah mencoba peduli aliran sungai kecoklatan yang selalu kulihat dimanapun aku berada di Malang.Makanya aku mulai bersemangat mengerjakan tanggungjawabku di sie lomba

sempat sedih karena peserta kurang dari target.

agak UP lagi setelah seseorang berkata "yang penting kegerakan yang mendorong orang-orangnya untuk mau peduli dengan Brantas lewat foto yang mereka hasilkan". YA, benar.

-----

Sumber Ngesong, lewat jam 07.00 am
Tempat ini bagiku serba pertama. pertama kali melihat kebeningan aliran sungai. pertama kali takjub ada teratai tumbuh di aliran sungai. pertama kali mencoba membidik jenis capung yang dapat hidup hanya di air bersih. pertama kali merasakan keramahan setiap orang yang berselisih jalan denganku. Jauh dari kota dan kebisingan, menyatu pada derasnya air mengalir untuk merasakan bahwa Brantas dekat hulu sangat alami, sejuk dan membiarkan kita berelaksasi sejenak.



Junrejo, Batu. Perjalanan diiringi krucukan perut

Tidak ada yang istimewa bagiku melihat aliran sungai ini.. sungai disini moderat, cukupan pemandangannya. Yang menarik, selepas makan siang ada seorang bapak dan anak yang berarung jeram melewati derasnya arus. Ooh, kalau disini sungai ternyata memacu adrenalin kita untuk melawan derasnya arus. Aku tidak lagi cukup suka tapi suka sekali dengan karakter sungai ini. Brantas menawarkan kesempatan untuk kita semua bisa keluar dari zona nyaman, kenyamanan saat berelasi dengan android, kenyamanan berteduh di rumah, kenyamanan untuk tetap aman berjejak di tanah.

Embong Brantas. Jelang siang
sampah. ayam. jemuran pakaian. sampah lagi. Obyek-obyek yang saya nikmati. Hampir setiap hari saya melewati jalan di atas sungai ini dan saya baru menyadari bahwa disinilah Brantas terlihat sakit. Alirannya tetap deras berwarna coklat pekat, berbau dan penuh sampah. Mirisnya ada orang yang membuang sampah di sungai saat bersamaan mencuci tangannya di sungai tersebut. Dengan kesakitannya, seharusnya ia tidak usah mengalir. Dengan kesakitannya, seharusnya ia membawa wabah dan banjir bandang tapi menurut mereka yang hidup di sepanjang aliran ini, Brantas tidak pernah melukai, ia terluka sendirian.



Brantas hidup disekitar kita, sungai dengan kehidupan flora fauna dan manusia. akankah kita terjebak dalam ketidakpedulian?




Langit (selalu) Amat Indah














"ku yakin hujan kan berhenti"





berlagu misteri, yang tersingkap tanpa kau sadari

Yang ku rasakan tak mungkin ku ingkari
...

(klimaks lagu)
dan birunya semakin biru
tak kan berhenti
seluas yang tak kan terperi
dan kusadari
memahami
bersamamu 



Tuesday 16 April 2013

personifikasi sebuah kopi


kopi ini punya nama, namanya Glo. Tipikal kopi yang sempurna dari serbuk kopi sampai pada penyajian. Mugnya berwarna coklat tua dengan bentuk yang tegas, kokoh namun mampu memberikan kehangatan. Aromanya wangi paduan biji kopi asli dan kayu hutan. Menikmatinya ditemani kesendirian dan hati yang kosong dalam ruang yang sunyi, maka kamu akan mengerti si Glo, yang sepandang mata terlihat kokoh namun dibaliknya dia butuh pengakuan, bahwa dia adalah satu-satunya kopi terbaik.karenanya kunamailah dia si kopi sendu. Glo akan berubah rasa ketika kamu menikmatinya bersama dengan teman mainmu di ruang yang ramai. Rasa Glo tegukan pertama panas menyengat kemudian hangat selanjutnya hambar karena Glo menguap dalam keramaian, rasanya jati diri si tegas ini terdegradasi oleh situasi.
namun kekuatannya tetap pada bagaimana Glo memberikan perhatian pada penikmatnya. Panasnya saat bersentuhan.. kehangatan tegukan yang sampai ulu hati.. Glo, membuat aku nyaman.


kopi kedua, namanya Soe. Sodoran pertama, penyajian yang kaku, sederhana dan polos. Cup pertama, penikmat akan merasa aneh dengan rasanya yang khas. Bukan jenis kopi biasa yang manis atau pahit. Soe cenderung.... sulit diungkapkan. Pertemuan selanjutnya karena penasaran, aku mengambil cup kedua. Sekarang rasanya menggelitik di lidah, bukan manis bukan pahit hanya canggung karena aku kesulitan mendefinisikan rasanya (lagi). Kusebut dia kopi puzzle, penuh misteri. cup ketiga, shocked! tegukannya kali ini mengingatkanku pada minuman soda yang mengejutkan. Ternyata aku tidak dapat mendefinisikan rasa Soe karena Soe tidak mengijinkanku "merasakan-nya" sampai kami bertemu lagi. Mulai tampak kopi Soe yang memelekkan mata, aromanya menyengat, dan terasa di lidah sampai lama sekali. Soe tidak dikenal penikmat Coffee, dalam daftar menu dia berada di halaman terakhir alias bukan rekomendasi penjual. Namun, aku selalu mencari Soe dalam keseharianku karena Soe selalu memberikan rasa berbeda dalam setiap pertemuan kami. Oya, temanku pernah bilang gini "Soe itu cuma enak kalau kamu yang minum, kalau aku kok g merasa istimewa ya minum kopi itu", ya.. itu kekuatan Soe. Dia hanya mengijinkan aku seorang yang menikmatinya, bukan kamu.



Cangkir ketiga, kopi ini namanya Kia, temanku sahabatku dari jaman aku pemula minum kopi sampai aku tahu beraneka jenis kopi. makanya kusebut dia Kopi hidup matiku. Sejak pertama sampai saat ini, tegukan ini selalu sama, tipe kopi yang menyenangkan, santai, bisa dinikmati saat keramaian sekaligus kesendirian. tapi akhir-akhir ini aku merasa Kia berbeda, entah karena indera pengecapku atau memang berlalunya waktu membuat cita rasa kopinya berubah. Terkadang, dalam beberapa tegukan aku merasa desiran aneh semacam candu, kalau aku tidak minum rasanya akan pahit benar hidupku. Bukan lagi karena aku suka rasa atau aromanya, tapi karena kebiasaan harus bertemu.
Pernah suatu kali saat rintik hujan membasahi kami, aku dan kopi Kia saling berpandangan kami saling membutuhkan, aku butuh "kebiasaan" bertemu, kopi Kia membutuhkan penikmat yang selalu ada. tapi memang kami hanya bertahan disana dalam kebiasaan dan keselaluadaan.




Saturday 9 March 2013

Lagu Ter-lambat

Buat kamu (aku) yang menyadari kalau sudah terlambat..

You packed your last two bags.
A taxi's 'round the bend.
You used to laugh out loud,
But you can't remember when.
You lost your lies.
It's like your moving out of time,
And the whole word
crumbles right beneath you.

So, I might've made a few mistakes,
But that was back when you would smile,
And we would go everywhere,
But we ain't been there for awhile.
And this I know,
There's a place that we can go-
A place where I can finally let you know.

'Cause I'm the one that loves you lately.
You and me, we got this great thing.
We're the only one's that around,
We're the only one's that around this Babylon.

I hope you find
whatever you've been lookin' for.
Just remember where you're from
and who you are,
'Cause there's a thousand lights
that'll make you feel brand new,
But if you ever lose your way,
I'll leave one on for you.



'Cause I'm the one that loves you lately.
You and me, we got this great thing.
So, come back and you sit down. Relax.
Everything's to see
that you've come a long, long way,
And it's the place that you should be.

'Cause I'm the one that loves you lately.
You and me, we got this great thing.
'Cause I'm the one that loves you lately.
You and me, we got this great thing.
And we're the only one's that around,
We're the only one's that around this Babylon

Tuesday 19 February 2013

Parangtritis, Misteri Cinta dan Luka


Sabtu, 16 Februari 2013. 15.00 WIB, menuju Parangtritis.

Kontras dengan perjalanan menuju laut di jawa timur yang melewati jalan berkelok tanjakan naik turun, menuju pantai selatan ini relatif landai, tapi tetap kanan kiri gubuk dan sawah hijau menguning. Dalam perjalanan saya melihat hal menarik. Kala itu hujan gerimis dan cukup dingin, seorang bapak tua duduk diatas tumpukan pasir yang menggunung (benar-benar "menggunung") dalam bak truk bahkan ketinggian dari gundukan pasir yang diangkut truk ini setinggi pandangan mata kami yang berada di bis.



Biyuh, batinku bersuara.

 

Welcome, strangers! Don't wear too much Green (kepercayaannya, kamu bakal diambil sama Ratu Selatan)



Rasakan sensasi naik Bendi, dokar dengan kuda betina sebagai pengantar perjalanan laut kita. Debur ombak, cipratan air dan suara tapal kuda menyentuh pasir menorehkan pengalaman baru dalam kamus hidupku.



 Parangtritis yang penuh misteri ini adalah tempat dimana Sri Sultan Hamengku Buwono melakukan ritual perjumpaan dengan Nyi Roro Kidul, sedang tak jauh dari Parangtritis ada Parangkusumo, tempat Jupe laris diberitakan infotemen melakukan ritual kecantikannya or whatever!

"Parang niku Karang, biyen ing karang niki warga dodolan banyu klopo digawe ngidupi anak-bojo saking angel e urip" kata bapak Tukang Bendi. Dulu, sebelum Parangtritis terkenal, betapa sulitnya hidup warga laut ini sampai-sampai sebuah kelapa muda berharga me-makan-i sebuah keluarga.

Trenyuh..

Kami melewati parangtritis lama, disebut lama karena dulu ketika gempa bumi 2008 melanda Bantul dengan episentrum gempa di lautan parangtritis, menewaskan banyak warganya dan mematikan kehidupan perekonomiannya. Pemerintah memutuskan lokasinya dipindah ke parangtritis baru, beberapa km dari parangtritis lama. Mungkin agar tidak mengingat kembali luka lama, tanpa melupakan sosok-sosok yang dicintai yang terseret kemurkaan lautan.


Duka kembali berlanjut dalam perjalanan ceria ini, kami bertemu nenek berusia kurang lebih 70 an yang nggeleyeh di sebelah sumur sembari menawarkan air untuk cuci kaki. Anehnya lokasi sumur ini tepat di tengah jalan. Kami merasakan keanehan, mengapa tidak ia membuka persewaan kamar mandi saja, daripada hanya dilewati orang yang tak tertarik untuk hanya sekadar cuci kaki.

"Mbah, kenapa kok berdiri disini?"
"iki dhisik omahku, nduk. Aku digusur, kate mangan opo awakku yen ora bertahan koyo ngene..
Biyuh.. Biyuh sorone urip "

Kami speechless karena ternyata dulu jalan ini merupakan rumah si Mbah yang kemudian digusur dan mbah hanya bertahan untuk menjual air dari sumur yang dimilikinya untuk cuci kaki dan cuci muka wisatawan sehabis pantai."

Betapa trenyuhnya kami, ada buanyaak kamar mandi yang ada, si Mbah mungkin tidak akan dapat bertahan hanya dengan menjual jasa cuci muka dan kaki. Ketika kami mengerti penderitaannya, kami segera "membeli jasanya", aku cuci kaki dan ayah cuci muka.

Segelintir emosi sedih diantara puluhan kebahagiaan yang aku rasakan di Jogja. Ya, setiap orang punya nasib berbeda, si Mbah, Aku, Bapak Tukang Bendi, Oma Belanda yang menikmati sore di Parangtritis, Jupe dan lainnya. Saya beruntung, Mbah.. 

"Syukuri hidupmu dan mereka yang menopangmu, karena hidup memberikan biliaran rasa cinta lewat setiap kejadian yang kita atau mereka alami"

1000 tapak menuju Vihara di atas Bukit


RW-ku betul betul menunjukkan sebuah ikatan kerukunan warga, kami satu bis, tetangga yang tak pernah saling sapa kemudian disatukan selama 3 hari 2 malam menuju Jogja. Aku cukup beruntung karna bisa bepergian bersama ayah dan ibu.

Jumat, 15 Februari 20.00WIB
Sepanjang jalan kami diiringi rintik hujan tapi cukup bahagia, saling sapa dan tertawa.

Sabtu, 16 Februari 2013


 Borobudur, jam9 pagi tampak megah ditambah mendung menyelimutinya, membuatnya tampak semakin bersahaja. Sebelum menapaki Candi ini, kami disarankan memakai saroong bermotif borobudur untuk menghargai perjalanan ini.







Setiap langkah berarti banyak, banyak pertanyaan bagaimana orang jaman itu membangun bangunan semegah itu, banyak mata terpasang melihat suguhan alami paduan Stupa Prasada dan alam menghijau, serta banyak jepretan kamera yang rakus mengabadikan momen berada di Borobudur.

 Foto Pohon Bodisatwa, Pohon yang katanya keramat dalam ajaran Budha dengan daunan yang rimbun namun tidak makan banyak tempat, dan pohonnya menjulang tinggi menyapa langit.

Sedikit info yang kuperoleh:
Borobudur bukan di Jogja, tapi Kabupaten Magelang dan nama desanya Borobudur. Konon, bagi para peziarah yang ingin mencapai tingkat Bodhisatwa, harus memberi salam pada Candi Mendut sbg penghormatan pada Budha, kemudian candi pawon untuk menyucikan diri sebelum menuju Borobudur, vihara di atas gunung.
Borobudur memiliki 3 undag-undag-an,  
1. Dunia Nafsu disebut kamadhatu  
2. Dunia bentuk dan rupa rupadhatu  
3. Dunia tanpa bentuk arupadhatu. Disinilah kita akan menemukan patung Budha yang terkenal, yang sedang bersemedi. Kata guide kami, kalau kita bisa mencapai tangan Sang Budha maka kehidupan kita akan beruntung.



Sayangnya, saat ini kami tidak boleh menyentuh bangunan dalam candi karena sedang diperbaiki akibat bencana Merapi yang membuat puing-puing stupa rentak. Borobudur yang tegar ini ternyata pernah mengalami luka mendalam, sisi fisik dan hatinya. Wisatawan yang pergi karena takut, masyarakat sekitar yang merana penghidupannya serta warisan alam dan budaya yang rusak dan (jika tidak diperbaiki) kehilangan memori sejarahnya.


 







Perjalanan kaki ini ketika berada di gerbang masuk, Borobudur dipandang jauh tampak megah dan mengayomi, ketika mendekat Borobudur mengajak kita untuk diam dan merenungi, betapa berharganya waktu teduh untuk bersemedi dari dunia ke-fana-an.

Wednesday 6 February 2013

ala-Me : ScrapBinder

suatu pagi, saat liburan mulai berjalan membosankan. aku coba nih bikin scrapbook -buku yang dihiasi tempelan segala macam yg kamu punya dengan  kreasimu sendiri.

Firstly, siapkan bahannya. kamu bisa pake kertas kado untuk melapisi book-mu (punyaku binder). terus harus ada perekat yg g hanya sticky buat kertas tapi material lain kayak dedaunan, flanel, manik-manik etc.

kalau ada majalah gaul edisi lama, bisa tuh tulisan yg model unyuu kamu guntingin
terakhir, hiasannya. semakin natural (menurutku) semakin kreatif scrapbook mu !

sayangnya, proses tempel menempel ga aku masukin. saking senangnya aku main-main sama Castol, bunga kering, daun kering dan tali.

here we go..







tadaaa...




this is it, ala me-oh-my.. creative scrapbinder bikin hari ngampus-mu lebih ceria dan bersemangat. loveyou :*

Monday 4 February 2013

19++ random fact untuk disyukuri


1. Mempunyai Ayah dan Ibu yang harmonis dalam segala hal
2. Bisa kuliah dengan jurusan yang sesuai minat
3. Mengenal dan dikenal banyaak teman
4. Memiliki beberapa sahabat
5. tunggal dan jadi anak kesayangan
6. terlahir dengan lengkap tak kurang 1 apapun
7. Kutubuku -seriously, proud to be that
8. lumayan cepat nangkep materi sejenis makro, mikro, pembangunan
9. memiliki rumah yang nyuaman untuk sendirian
10. daya sensitifitas tinggi -mudah merasa kalau orang lain tidak nyaman
11.  Jomblo tapi tidak kesepian
12. Bertumbuh dalam sebuah Komunitas yang menyeimbangkan hidup muda saya dan bagaimana harus berdampak untuk orang lain
13. bisa tidur jam 2 malam dan bangun jam 11 YAWN
14. KOPI GOODDAY
15. punya sebuah bantal "puk puk" yang bisa meninabobokan dengan cepaats
16. PERFEKSIONIS, AMBISIUS, OPTIMIS
17. punya sweeter yang sangat nyaman dipake sekaligus adorable :))
18. daya ingat kuat dan sangat visual cenderung imajinatif
19. hidup di zaman serba konek dan instan
++ merasakan ALLAH yang mencukupkan dan memerdekakan hati saya

nb:
List ini tidak berarti saya ingin menunjukkan ini loh aku, tapi lebih mengajak ayo gaes membuat daftar hal apa yang km syukuri dalam hidup. Sejujurnya, saya mudah mengeluh dengan tanggungjawab yang agak berat atau dengan rutinitas yang hosizontal dan rasanya saya pengen jadi si Cantik, si Kaya, si Fotogenik, si Followers banyak dan seterusnyaaaa.. Tapi setelah membaca ini, hati saya agak baikan dan lebih nrimo akan diri sendiri apa adanya.

Monday 28 January 2013

Secuplik Sajak Gunung Gie

(Mengapa? ini puisi yang tulus tanpa tendensi, jujur, mengena kalau dibaca sekali kemudian diulangi lagi. Gie, aku ijin menuliskannya yaa..)

Mandalawangi - Pangrango

Senja ini, ketika matahari turun
ke dalam jurang jurang mu
aku datang kembali
ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara
tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

bait 3

bait 4

"Hidup adalah soal keberanian,
menghadapi yang tanda tanya
tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
terimalah dan hadapilah"

dan diantara ransel-ransel kosong
dan api unggun yang membara
aku terima itu semua
melampaui batas-batas hutanmu
melampaui batas-batas jurangmu
aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup

Jakarta 19-7-1966, Soe Hok-Gie

camerado, KRIK !

[Gn. Bromo, 2012 | segar, menyenangkan, menyembuhkan]













[Gn. Bromo, 2013 | kabut tebal, tanda tanya, memikat]

[Menuju Kawah Kepundan, 250 anak tangga]

[konservasi alam dengan mini mini hard top]

















[cinta, yang tak perlu bergandeng erat cukup beriring jalan]