Monday 8 June 2015

Jebakan Tuhan (2)

Dalam sebuah "jebakan" aku tiba-tiba didaftarkan ikut suatu seminar. Seminar yang jelas-jelas bukan passionku dan sebenarnya aku tidak tahu apa tujuannya. Membayangkan duduk mendengarkan, banyak diam, berkenalan dengan orang baru, tidur cukup rasanya sedikit kemewahan lah ditengah jenuh dengan ketidakpastian skripsi.

setiba disana, mukaku masam (aku tidak biasa menunjukkan ketidaksukaan di depan orang lain) tapi jelas aku marah dan merasa dijebak. Ada sekitar 40 orang Ibu dan Bapak berusia 35-50++ dan aku satu-satunya pemudi disana. Aku ngomel sendiri, menyalahkan betapa bodohnya aku tidak bertanya seminar apa ini.

---
sesi pertama: Ending Yunus yang Nggantung.
Pak Henjk, pembicara dari Belanda menceritakan dengan sangat menarik tentang panggilan Yunus. Yunus yang lari, Yunus yang ngomel, Yunus yang berdoa, Yunus yang menyerukan pertobatan Niniwe, dan Yunus yang lagi-lagi ngomel dan... endingnya tidak kami ketahui apakah dia makin mengasihi Tuhan atau Niniwe diselamatkan atau Yunus melarikan diri atau Niniwe dihancurkan.
Hmm, ini mah nyindir aku, Pak
aku juga digantung dengan sejuta pertanyaan oleh Tuhan.
---
sesi makan siang: kamu tidak tahu bagaimana Tuhan berbicara lewat orang lain
Ibu tua ini duduk di sebelahku terus, aku curiga dia mengasihani aku yang tidak punya teman. Tiba-tiba Beliau curhat tentang anak lelakinya yang berambisius. "Anak saya yang kedua namanya Yehuda. Dia ingin bekerja di Jepang. Sudah habis perhiasan, motor, harta benda di rumah digadaikan untuk membiayai keberangkatannya. Beberapa temannya sudah berhasil bekerja di Jepang cuma dia selalu gagal dan gagal berangkat. Suatu kali, seorang Pendeta datang dan bertanya: Jika kamu bersedia pimpinlah sebuah jemaat di desa, berdoalah minta Tuhan menunjukkan. Saat itu anak saya sedang bimbang dengan keinginannya ke Jepang. Namun, lewat 3 hari Yehuda mendatangi saya dan mengatakan menerima tawaran Bapak Pendeta itu. Seminggu kemudian ada kabar Tsunami meluluhlantakkan Jepang. Bagaimana hati saya tidak ikut luluh lantak juga," kata Ibu tua itu. Jdar. Saya jadi ingat ada banyak keinginan dan pencapaian yang harus saya kejar.
"Jangan melarikan diri dari konflik ya, itu akan membentukmu. Tuhan bisa memakai pengalaman-pengalaman yang tidak kamu mengerti untuk memperkuatmu," Ibu tua ini memandangku lagi. Jdar.
Ibu cenayang ya?
---
sebelum istirahat malam: apa yang aku kerjakan tidak ada apa-apanya.
Ibu ini adalah orang yang ramah. Perempuan Medan yang merantau ke Jakarta dan berkuliah disana. Bertemu dengan kekasihnya dan menikah. Panggilan mereka adalah kembali ke sebuah desa tempat suaminya dibesarkan. Namun setiba di desa itu, mereka tidak mampu menghidupi kebutuhan dan sulit secara ekonomi. Mereka memutuskan keluar desa dan bekerja di pabrik. Mahasiswa sekolah teologi menjadi buruh pabrik (?) Tapi, entah bagaimana Tuhan memanggil mereka berdua kembali ke desa itu. Memulai dari awal, sebagai penjual sayur keliling, membuat susu kedelai, tukang foto hajatan, penjahit, hingga membuka sekolah PAUD. Untuk apa? mereka melayani anak-anak desa dengan pendidikan dan keceriaan meski dengan biaya spp yang sangat sangat murah.
saya tanya "kok bisa?" Ibu itu menjawab "karena panggilan, dek.."
---
Jabatan perkenalan dan perpisahan.
Pak Henjk, yang dari hari pertama sampai terakhir betul-betul mempesona dengan cara mengajar dan menceritakan Firman, membukakan tentang keunikan setiap pribadi yang dipanggil Tuhan, kesulitannya mengeja kata berbahasa Indonesia adalah umpan candaan kami, bahasa tubuhnya menunjukkan perhatian yang besar agar kami bisa mengerti materi yang disampaikan, perkataannya memperlihatkan kerendahan hati seorang yang menjawab panggilan Tuhan.
"Pak Henjk, apakah langkah perkembangan yang saya buat sudah konkrit?", kataku malu-malu.
"Hmm kalau boleh saya tambahkan, kamu memerlukan orang yang dapat mendukungmu dan mengatakan kata-kata positif setelah kamu mengerjakan proyek ini.. banyak terimakasih kamu sudah berani mengatakannya.." Pak Henjk tersenyum jenaka.
"terimakasih Pak, sampai bertemu kembali di Malang.."
Beliau tidak mengatakan "sampai bertemu lagi, Visi" tapi
"Renungan yang saya bawakan tadi secara khusus berbicara kepadamu. Jangan merasa rendah diri dengan apa yang sedang kamu kerjakan ya.."
Saya mengulum senyum.

Renungan itu adalah
1 Timotius 4:12
"Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda..."

saya tahu kenapa bagian ini berbicara khusus untuk saya, karena:
dalam seminar ini tidak ada seorangpun yang muda, kecuali saya.


No comments:

Post a Comment